Keberadaan pegunungan Meratus tengah-tengah Kalimantan berakibat terbentuknya beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS bagian barat, timur dan selatan pegunungan Meratus. Kabupaten Tanah Laut (Tala) termasuk dalam bagian selatan. Ada tujuh sistem DAS di Tala, semuanya bermuara langsung ke laut Jawa. Tetapi hanya lima DAS yang selalu menimbulkan banjir pada musim penghujan, yaitu DAS Kintap, Asam-Asam, Jorong, Tabanio dan Maluka. Kelima DAS tersebut berhulu di Pegunungan Meratus.
Banjir yang dari tahun ke tahun makin besar membuktikan kondisi DAS telah mengalami degradasi akibat ulah sebagian masyarakat yang tidak memperhatikan lingkungan. Faktor iklim memang juga sebagai penyebab banjir, karena saat itu hujan memang terlalu tinggi. Tapi data hujan selama 25 tahun terakhir tak menunjukkan perubahan yang signifikan, sehingga iklim merupakan faktor yang tetap. Demikian penjelasan dari akademisi Fakultas Kehutanan Unlam Suyanto, dalam kolom opini Banjarmasin Post 20-9-2008. Banjir yang terbesar terjadi di Tanah Laut terjadi pada tanggal 25-8-2008 (B.Post 26-8-2008). Beliau menyarankan adanya upaya jangka panjang merehabilitasi vegetasi non hutan terutama di bagian DAS hulu yang berlereng curam dan sangat curam, revisi peta tata ruang (RTRWK) yang ada dan membatasi pembukaan lahan seperti kebun kelapa sawit, pertambangan dan penguasaan hutan. Sedangkan jangka pendeknya dengan menambah gorong-gorong di sekitar dan normalisasi sungai seperti kanalisasi dan sodetan.
Menurut Irman Sonjaya forecaster Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Banjarbaru (B.Post, 26-8-08), wilayah Tanah Bumbu sampai ke perbatasan Tanah Laut merupakan daerah bercurah hujan tinggi. Kondisi geografis di daerah tersebut berbeda dengan daerah lain di Kalimantan Selatan. Spesifikasi di wilayah tersebut dikelilingi pegunungan Meratus yang menghambat laju angin sehingga membuat pertumbuhan awan berpotensi hujan mudah terjadi. Saat itu pergerakan angin di Kalimantan Selatan berasal dari wilayah tenggara. Kecepatan tak begitu kencang sehingga tak mampu melewati pegunungan Meratus. Akibatnya awan berpotensi hujan terjebak di wilayah tersebut. Berdasarkan foto satelit kondisi cuaca di Kalimantan Selatan diselimuti hujan namun di Tanah Bumbu-Tanah Laut intensitasnya jauh lebih tinggi. Makanya wilayah perbatasan Tanah Bumbu-Tanah Laut terjadi banjir karena luapan air sungai yang tak mampu menampung hujan lebat.
Banjir yang dari tahun ke tahun makin besar membuktikan kondisi DAS telah mengalami degradasi akibat ulah sebagian masyarakat yang tidak memperhatikan lingkungan. Faktor iklim memang juga sebagai penyebab banjir, karena saat itu hujan memang terlalu tinggi. Tapi data hujan selama 25 tahun terakhir tak menunjukkan perubahan yang signifikan, sehingga iklim merupakan faktor yang tetap. Demikian penjelasan dari akademisi Fakultas Kehutanan Unlam Suyanto, dalam kolom opini Banjarmasin Post 20-9-2008. Banjir yang terbesar terjadi di Tanah Laut terjadi pada tanggal 25-8-2008 (B.Post 26-8-2008). Beliau menyarankan adanya upaya jangka panjang merehabilitasi vegetasi non hutan terutama di bagian DAS hulu yang berlereng curam dan sangat curam, revisi peta tata ruang (RTRWK) yang ada dan membatasi pembukaan lahan seperti kebun kelapa sawit, pertambangan dan penguasaan hutan. Sedangkan jangka pendeknya dengan menambah gorong-gorong di sekitar dan normalisasi sungai seperti kanalisasi dan sodetan.
Menurut Irman Sonjaya forecaster Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Banjarbaru (B.Post, 26-8-08), wilayah Tanah Bumbu sampai ke perbatasan Tanah Laut merupakan daerah bercurah hujan tinggi. Kondisi geografis di daerah tersebut berbeda dengan daerah lain di Kalimantan Selatan. Spesifikasi di wilayah tersebut dikelilingi pegunungan Meratus yang menghambat laju angin sehingga membuat pertumbuhan awan berpotensi hujan mudah terjadi. Saat itu pergerakan angin di Kalimantan Selatan berasal dari wilayah tenggara. Kecepatan tak begitu kencang sehingga tak mampu melewati pegunungan Meratus. Akibatnya awan berpotensi hujan terjebak di wilayah tersebut. Berdasarkan foto satelit kondisi cuaca di Kalimantan Selatan diselimuti hujan namun di Tanah Bumbu-Tanah Laut intensitasnya jauh lebih tinggi. Makanya wilayah perbatasan Tanah Bumbu-Tanah Laut terjadi banjir karena luapan air sungai yang tak mampu menampung hujan lebat.
1 komentar:
mantap tulisan nya
jadi enak untuk di baca
Posting Komentar