
Upaya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghasilkan hujan buatan di Kalimantan Barat belum tercapai, sehingga kabut asap masih menyelimuti Kota Pontianak dan sekitarnya(http://www.news.id.finroll.com/news/31 Agustus 2009). Demikian pula yang terjadi di Kalimantan Tengah terkendala karena masalah kerusakan pesawat Cassa 212-200 yang akan digunakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menyemaikan atau menaburkan garam di awan (Banjarmasin Post, 28 Agustus 2009).
Berikut ini akan penulis jelaskan sedikit tentang bagaimana hujan buatan tersebut semestinya dapat berlangsung:
Sifat awan yang menyebabkan hujan oleh manusia digunakan untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat hujan, orang memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (perak dioksida, kristal es, es kering atau CO2 padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat terbang. Pembuatan hujan buatan disebut sebagai suatu proses pemodifikasian awan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, terutama NaCl (garam dapur).