Gambar 1. Zona Musim di Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan memiliki 10 zona musim ZOM 171-178 dan ZOM 182. Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non ZOM.
Tabel 1. Zona Musim di Kalsel
Gambar 2. Peta ZOM Kalsel
Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.
Kalimantan selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis bagian selatan Equator. Pengaruh aktifitas Monsun menyebabkan sebagian besar daerah-daerah di Kalimantan Selatan mempunyai tipe hujan Monsun, namun ada di beberapa daerah yang mempunyai tipe hujan Monsun yang dipengaruhi lokal ( seperti daerah kabupaten Kota Baru dan sebagian Tanah Bumbu) , sehingga awal berlangsungnya musim hujan /kemarau atau periode musimnya tidak selalu sama untuk setiap daerah .
Tabel 1. Zona Musim di Kalsel
Gambar 2. Peta ZOM Kalsel
Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.
Kalimantan selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis bagian selatan Equator. Pengaruh aktifitas Monsun menyebabkan sebagian besar daerah-daerah di Kalimantan Selatan mempunyai tipe hujan Monsun, namun ada di beberapa daerah yang mempunyai tipe hujan Monsun yang dipengaruhi lokal ( seperti daerah kabupaten Kota Baru dan sebagian Tanah Bumbu) , sehingga awal berlangsungnya musim hujan /kemarau atau periode musimnya tidak selalu sama untuk setiap daerah .
Untuk daerah-daerah yang mempunyai tipe hujan Monsun , normalnya musim kemarau/hujan berlangsung 6 bulan . Tapi apabila terjadi gangguan fenomena alam seperti El-nino atau La-nina , Intensitas hujan atau periode musim kemarau/ hujan bisa terjadi perubahan ( bila El-nino menyebabkan kemarau panjang dan lebih kering , La-nina menyebabkan musim hujan dengan intensitas hujan lebih banyak dari normalnya ).
Propinsi Kalimantan Selatan dibelah oleh pegunungan Meratus. Di bagian tengah dari utara ke selatan terbentang gugusan pegunungan Meratus dengan topografi bergelombang berat dan ringan, serta daerah pantai dan bergunung dan daerah bergunung berbukit di tengahnya dengan luas sekitar 2,1 juta hektar. Di bagian barat terbentang dataran rendah alluvial yang subur dan daerah rawa pasang surut, rawa monoton dan daerah banjir.Gambar 3. Peta Geografis Kalsel
Pegunungan Meratus membagi Kalimantan Selatan menjadi 2 wilayah. Wilayah sebelah barat mulai dari Barito Kuala, Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, Tapin sampai ke Hulu Sungai , Balangan dan Tanjung. Sedangkan bagian timur meliputi sebagian Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru.
Tanah Bumbu sampai ke perbatasan Tanah Laut merupakan daerah bercurah hujan tinggi. Kondisi geografis di daerah tersebut berbeda dengan daerah lain di Kalimantan Selatan. Spesifikasi di wilayah tersebut dikelilingi pegunungan Meratus yang menghambat laju angin sehingga membuat pertumbuhan awan berpotensi hujan mudah terjadi. Saat pergerakan angin di Kalimantan Selatan berasal dari wilayah tenggara. Kecepatan tak begitu kencang sehingga tak mampu melewati pegunungan Meratus. Akibatnya awan berpotensi hujan terjebak di wilayah tersebut. Hal itulah yang menyebabkan tipe hujan di daerah timur pegunungan Meratus berbeda dengan di bagian baratnya. Di wilayah sebelah Timur meliputi kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu dan sebelah Timur Kabupaten Tanah Laut puncak musim hujan biasanya hingga bulan Mei dan Juni. Pada bulan Juni dan Juli ketika daerah lain mengalami puncak musim kemarau daerah di bagian timur malah masih mengalami hujan yang tinggi. Hal itu dipengaruhi karena masih adanya hembusan angin dari arah Tenggara Australia yang membawa uap air sehingga menimbulkan hujan.
Gambar 4. Normal hujan di beberapa lokasi di Kalimantan Selatan. Dari gambar dapat dilihat di daerah timur Kalimantan Selatan yang diwakili stasiun Meteorologi Stagen Kotabaru puncak musim hujan berlangsung sampai menjelang pertengahan tahun, berbeda dengan di daerah lain di Kalimantan Selatan.
Tipe hujan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Tipe Ekuatorial:
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan dengan 2 puncak maksimum yaitu pada sekitar Maret dan Nopember. Rata-rata hujan setiap bulan cukup tinggi, yaitu lebih dari 150 mm dan sebaran wilayahnya umumnya berada di sekitar ekuator. Puncak hujan biasanya terjadi pada posisi matahari di atas suatu wilayah tersebut yang merupakan wilayah tersebut yang merupakan wilayah Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ).
Tipe Monsun
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan dengan satu puncak hujan maksimum yaitu pada Januari atau Desember. Rata-rata hujan setiap bulan menunjukkan perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dengan curah hujan kurang dari 150 mm dan periode musim hujan lebih dari 150 mm. Sebaran wilayahnya umumnya berada di selatan ekuator yang sensitif terhadap gerakan atau perubahan sistem angin monsun. Puncak hujan biasanya terjadi pada saat sistem monsun barat dominan melintasi wilayah tersebut.
Tipe Lokal
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan yang kebalikan dengan tipe monsun. Pada saat wilayah tipe monsun mengalami musim hujan, maka wilayah tipe lokal ini mengalami musim kemarau, demikian pula sebaliknya. Selain itu akibat kondisi geografisnya terdapat pula tipe lokal yang memiliki curah hujan cukup rendah sepanjang tahun dengan rata-rata bulanan kurang dari 150 mm. Di wilayah tipe lokal seperti ini dapat didefinisikan mengalami musim kemarau sepanjang tahun.
Propinsi Kalimantan Selatan dibelah oleh pegunungan Meratus. Di bagian tengah dari utara ke selatan terbentang gugusan pegunungan Meratus dengan topografi bergelombang berat dan ringan, serta daerah pantai dan bergunung dan daerah bergunung berbukit di tengahnya dengan luas sekitar 2,1 juta hektar. Di bagian barat terbentang dataran rendah alluvial yang subur dan daerah rawa pasang surut, rawa monoton dan daerah banjir.Gambar 3. Peta Geografis Kalsel
Pegunungan Meratus membagi Kalimantan Selatan menjadi 2 wilayah. Wilayah sebelah barat mulai dari Barito Kuala, Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, Tapin sampai ke Hulu Sungai , Balangan dan Tanjung. Sedangkan bagian timur meliputi sebagian Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru.
Tanah Bumbu sampai ke perbatasan Tanah Laut merupakan daerah bercurah hujan tinggi. Kondisi geografis di daerah tersebut berbeda dengan daerah lain di Kalimantan Selatan. Spesifikasi di wilayah tersebut dikelilingi pegunungan Meratus yang menghambat laju angin sehingga membuat pertumbuhan awan berpotensi hujan mudah terjadi. Saat pergerakan angin di Kalimantan Selatan berasal dari wilayah tenggara. Kecepatan tak begitu kencang sehingga tak mampu melewati pegunungan Meratus. Akibatnya awan berpotensi hujan terjebak di wilayah tersebut. Hal itulah yang menyebabkan tipe hujan di daerah timur pegunungan Meratus berbeda dengan di bagian baratnya. Di wilayah sebelah Timur meliputi kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu dan sebelah Timur Kabupaten Tanah Laut puncak musim hujan biasanya hingga bulan Mei dan Juni. Pada bulan Juni dan Juli ketika daerah lain mengalami puncak musim kemarau daerah di bagian timur malah masih mengalami hujan yang tinggi. Hal itu dipengaruhi karena masih adanya hembusan angin dari arah Tenggara Australia yang membawa uap air sehingga menimbulkan hujan.
Gambar 4. Normal hujan di beberapa lokasi di Kalimantan Selatan. Dari gambar dapat dilihat di daerah timur Kalimantan Selatan yang diwakili stasiun Meteorologi Stagen Kotabaru puncak musim hujan berlangsung sampai menjelang pertengahan tahun, berbeda dengan di daerah lain di Kalimantan Selatan.
Tipe hujan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Tipe Ekuatorial:
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan dengan 2 puncak maksimum yaitu pada sekitar Maret dan Nopember. Rata-rata hujan setiap bulan cukup tinggi, yaitu lebih dari 150 mm dan sebaran wilayahnya umumnya berada di sekitar ekuator. Puncak hujan biasanya terjadi pada posisi matahari di atas suatu wilayah tersebut yang merupakan wilayah tersebut yang merupakan wilayah Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ).
Tipe Monsun
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan dengan satu puncak hujan maksimum yaitu pada Januari atau Desember. Rata-rata hujan setiap bulan menunjukkan perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dengan curah hujan kurang dari 150 mm dan periode musim hujan lebih dari 150 mm. Sebaran wilayahnya umumnya berada di selatan ekuator yang sensitif terhadap gerakan atau perubahan sistem angin monsun. Puncak hujan biasanya terjadi pada saat sistem monsun barat dominan melintasi wilayah tersebut.
Tipe Lokal
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan yang kebalikan dengan tipe monsun. Pada saat wilayah tipe monsun mengalami musim hujan, maka wilayah tipe lokal ini mengalami musim kemarau, demikian pula sebaliknya. Selain itu akibat kondisi geografisnya terdapat pula tipe lokal yang memiliki curah hujan cukup rendah sepanjang tahun dengan rata-rata bulanan kurang dari 150 mm. Di wilayah tipe lokal seperti ini dapat didefinisikan mengalami musim kemarau sepanjang tahun.
musim kemarau sepanjang tahun.
4 komentar:
Great Blog..!!!! Keep Blogging.... : )
kalau kualitas kimia air hujan untuk daerah kalimantan selatan ada gak ????
kalau kualitas kimia air hujan untuk daerah kalimantan selatan ada gak ????
kalau kualitas kimia air hujan untuk daerah kalimantan selatan ada gak ????
Posting Komentar