Pemerintah
Kota Banjarbaru sedang menggiatkan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH), ruang
terbuka yang didominasi tanaman dan tumbuhan. Pembangunan taman dipenuhi
vegetasi asri beserta fasilitas bersantai maupun berolahraga, jalur hijau,
kebun ataupun pelestarian hutan kota. RTH berguna sebagai daya tarik kunjungan
pariwisata, tempat keluarga berlibur, menciptakan kenyamanan dan memperindah
estetika yang asri menuju kota berkarakter. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang menyebutkan jumlah RTH di setiap kota minimal 30 persen dari
luas kota. Maka pemerintah Banjarbaru menggalakkan pembangunan RTH, salah
satunya pembangunan RTH Taman Syariah di depan masjid Al Munawwarah dan akan membangun di kelurahan Komet Jalan Panglima Batur. Dari
segi sosial, keuntungan ruang terbuka hijau telah banyak diketahui masyarakat,
tetapi sedikit yang tahu kegunaan dari segi fisik di antaranya iklim mikro.
Gambar 1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Masjid Al Munawwarah Trikora
Iklim mikro
berhubungan erat dengan dinamika iklim skala kecil di sekitar permukaan tanah
sampai tajuk tanaman. Lapisan atmosfer
di dekat permukaan berhubungan erat
dengan berbagai aktivitas kehidupan kita. Berbagai proses iklim mikro terjadi di
permukaan bumi di antaranya transfer radiasi matahari, pergerakan massa uap
air, neraca energi, respirasi dan
fotosintesis. Aliran yang membawa
sifat-sifat atmosfer baik secara vertikal maupun horizontal, yaitu pergerakan
massa udara, penguapan dan pemanasan atmosfer dan tanah. RTH bagian iklim mikro
yang sangat berguna dari sisi ekologis. RTH dapat menahan angin kencang,
memperbaiki iklim mikro, dengan penghijauan dan vegetasi akan menyebabkan pergerakan
udara yang lebih baik, suhu udara lebih sejuk, mengurangi polutan, mengurangi
karbondioksida serta memproduksi oksigen.
Gambar 2. Contoh Ruang Terbuka Hijau
RTH dapat
membantu menahan angin kencang. Angin membawa massa udara, ketika melewati
permukaan akan mengalami transfer momentum. Di lapisan atmosfer dekat permukaan
tanah, gaya karena kekasapan (kekasaran) permukaan akan mempengaruhi gerakan udara yang terjadi di atasnya dan
massa udara mempengaruhi karakteristik permukaan di bawahnya. Tingkat kekasapan
memberikan pengaruh profil vertikal kecepatan angin. Tingkat kekasapan yang
tinggi terjadi di suatu vegetasi dekat permukaan tanah seperti halnya di RTH. Kecepatan
angin meningkat terhadap ketinggian secara logaritmik dan mendekati nol di
dekat permukaan. Di lahan gundul, suhu, kecepatan angin dan tekanan uap sangat
cepat meningkat sehingga turbulensi atau golakan angin akan semakin cepat. Sedangkan
di daerah yang bervegetasi unsur-unsur tersebut akan berlangsung lambat
sehingga turbulensi lebih lambat pula. Massa udara akan diserap permukaan
tanaman, terjadi tahanan permukaan sehingga kecepatan angin berkurang. Hal ini
menjelaskan mengapa di daerah yang vegetasi sedikit cenderung mudah terjadi
kejadian angin kencang. RTH dapat menahan angin (wind barrier), menurut Hakim dan Utomo (2004) dapat mengurangi
kecepatan angin 75 sampai 80 persennya. Pengaturan tanaman yang tepat dapat mengurangi
kecepatannya serta sebagai pemecah angin. Tanaman pohon dikombinasikan dengan
semak dapat digunakan menggantikan bangunan yang dapat mengganggu pergerakan
angin. RTH memegang peranan penting terhadap pergerakan massa udara terutama di
lapisan atmosfer dekat permukaan tanah atau lapisan perbatas (boundary layer).
Gambar 3 Lapisan perbatas (boundary layer) hubungannya dengan kecepatan angin
Gambar 4. Mekanisme vegetasi menahan angin kencang
Suhu
lingkungan berbeda pada berbagai tipe permukaan. Pemanasan dan pendinginan
lahan dipengaruhi oleh tipe tutupan lahan. Suhu pada siang hari di daerah bervegetasi,
misalnya hutan akan jauh lebih rendah dibandingkan di lahan yang gundul.
Penerimaan radiasi matahari akan rendah di daerah vegetasi yang lebat
disebabkan oleh energi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi akan
berkurang, lebih banyak diserap, dipantulkan dan diserap oleh gas dan aerosol
di atmosfer. Di daerah hutan Pinus Banjarbaru tempat yang mempunyai suhu udara
yang lebih sejuk dan nyaman. Menurut Krisdianto dan kawan-kawan (2012), keberadaan
hutan Pinus tersebut menyebabkan efek yang mendinginkan udara (cooling effect), menurunkan indeks suhu
kelembaban 6 sampai 7 derajat Celsius. Sebaliknya di daerah lahan yang gundul
suhu lingkungan akan lebih tinggi. Penerimaan dan penyerapan radiasi matahari lebih
berkurang di lahan terdegradasi. Proses ini disebabkan turbiditas,
ketidaktembusan cahaya pada atmosfer yang disebabkan gas dan aerosol (debu dan
uap air) atau kemampuan suatu tajuk mengurangi energi matahari yang masuk. Di
hutan kota atau RTH, turbiditas atmosfer tinggi sehingga penerimaan radiasi di
wilayah tersebut akan berkurang, naungan yang dapat menguranginya. RTH
menggunakan energi untuk transpirasi sehingga suhu lebih rendah dan kelembaban
lebih tinggi. RTH berperan penting mengurangi efek UHI (Urban Heat Island) yang menyebabkan kota lebih panas daripada
daerah sekitarnya. Keberadaan RTH dapat menurunkan suhu dan meningkatkan
kelembaban udara demi menciptakan kenyamanan termal.
Gambar 5. Pengaruh UHI
Pengaruh
RTH terhadap ketersediaan air dan polutan
RTH dapat mereduksi
dan menyerap polutan. Ia mampu menyerap karbondioksida melalui fotosintesis.
Karbon di dalam suatu ekosistem hutan akan tersimpan dalam bentuk biomassa. RTH
juga meredam kebisingan dan filter bagi polutan partikulat serta debu. Menurut
Ruslan dan Rahmad (2012), diprakirakan total Karbondioksida yang dapat diserap dari
hutan kota di Banjarbaru sebesar 446.024,91 ton/ tahun. Melalui proses
evapotranspirasi suatu hutan kota juga dapat menjaga keserasian dan kelestarian ekosistem, serta
meningkatkan sumber daya air yang optimal. Saat musim hujan menghindari banjir
dan musim kemarau mencegah kekeringan.
Tanaman atau
vegetasi tertentu dapat memperbaiki kualitas lingkungan dengan menyerap gas-gas
polutan tertentu dan menjerap aerosol (debu). Polutan misalnya partikulat PM10
yang secara rutin diobservasi BMKG
apabila melebihi standar mutunya dapat memicu tingkat polutan membahayakan
manusia. Monitoring maupun informasi kualitas udara berupa konsentrasi polutan
dan unsur cuaca udara ambien di perkotaan sangat penting. Pergerakan angin berguna
dalam proses pengurangan zat emisi di
udara. Penggunaan tanaman lanskap tertentu yang tepat dapat mengurangi tingkat
polutan di udara sekitarnya. Tingkat toleransi tanaman berbeda-beda terhadap
polusi udara. Tanaman dan vegetasi yang tepat dapat digunakan sebagai
bioindikator polusi. Mengingat pentingnya Ruang Terbuka Hijau maka
sepatutnya warga kota Banjarbaru terus menjaganya. Di dalamnya hendaknya
berisikan tanaman ciri khas daerah kita dan perlu perencanaan serta perancangan
yang tepat. Keberadaannya menjadi penambah kualitas lingkungan, budaya dan
iklim mikro bagi kota Banjarbaru.
Gambar 6. Pengaruh keberadaan vegetasi terhadap unsur cuaca di daerah tertentu
(1) Bervegetasi (2) Gundul
Gambar 7. Contoh juara lomba desain Ruang Terbuka Hijau (RTH) Banjarbaru
Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta.
Krisdianto, Soemarno, Udiansyah, Bagyo Januwiadi. 2012. Standing carbon in an urban green space and its contribution to the reduction of the thermal discomfort index: a case study in the City of Banjarbaru, Indonesia. International Journal of Scientific and Research Publications, 2 (4). April 2012.
Ruslan, M dan Rahmad, B. 2012. Kajian Ruang Terbuka Hijau dalam Rangka Pembentukan Hutan Kota di Banjarbaru. Jurnal Hutan Tropis 13 (1).
2 komentar:
Tulisan yang bagus pak. Ijin menyadur, untuk tugas penataan ruang hijau bagi kawasan pesisir.
silahkan pak terima kasih
Posting Komentar